Ma’asyirol Muslimin Jama’ah sholat jum’at
Rohimakumullah
Marilah kita senantiasa bertaqwa kepada Allah
SWT dengan sebenar-benarnya taqwa, yang kita wujudkan dengan melaksanakan
segala perintahNya, menjauhi laranganNya, mengingatNya, memujiNya, meminta pertolongan
dan ampunanNya, serta memohon perlindunganNya dari segala keburukan.
Dalam sebuah Asbabun
nuzul (Al Baqoroh:186) yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu
Marduwaih, Abussyaikh dan lain-lainnya yang semakna, mengatakan bahwa:
Ayat ini turun berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui kepada Nabi SAW yang bertanya: “Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus menyeru-Nya?” Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini (S. 2: 186) sebagai jawaban terhadap pertanyaan itu.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Marduwaih, Abussyaikh dan lain-lainnya dari beberapa jalan, dari Jarir bin Abdul Hamid, dari Abdah as-Sajastani, dari as-Shalt bin Hakim bin Mu’awiyah bin Jaidah, dari bapaknya yang bersumber dari datuknya.)
Ayat ini turun berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui kepada Nabi SAW yang bertanya: “Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya, atau jauh, sehingga kami harus menyeru-Nya?” Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini (S. 2: 186) sebagai jawaban terhadap pertanyaan itu.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Marduwaih, Abussyaikh dan lain-lainnya dari beberapa jalan, dari Jarir bin Abdul Hamid, dari Abdah as-Sajastani, dari as-Shalt bin Hakim bin Mu’awiyah bin Jaidah, dari bapaknya yang bersumber dari datuknya.)
Allahu Ta’alaa berfirman dalam Al-Qur’an Surat
Al-Baqoroh ayat 186:
#sÎ)ur y7s9r'y Ï$t6Ïã ÓÍh_tã ÎoTÎ*sù ë=Ìs% ( Ü=Å_é& nouqôãy Æí#¤$!$# #sÎ) Èb$tãy ( (#qç6ÉftGó¡uù=sù Í< (#qãZÏB÷sãø9ur Î1 öNßg¯=yès9 crßä©öt ÇÊÑÏÈ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku
bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.
Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
Seringkali kita lupa akan kekuatan do’a
padahal banyak ayat-ayat Al Qur’an menjelaskan kepada kita, betapa do’a adalah
kekuatan yang ampuh dan dahsyat. Sehingga Doa
dipergunakan oleh para anbiya’ wal mursalin dalam
perjalanan da’wah dan jihad mereka.
Islam secara tegas mengajarkan bahwa segala
hasil yang diraih oleh manusia adalah sesuai dengan usaha dan jerih payahnya.
Manusia yang selalu berusaha (bekerja) dengan sungguh-sunguh karena Allah SWT
pasti akan menuai hasil usahanya itu.
Di sini, Doa menjadi bagian penting dalam
setiap usaha manusia. Berdoa berarti mengetahui bahwa Allahlah yang menentukan
segala hasil dari usaha yang kita lakukan. Doa bisa diartikan sebagai satu
permohonan dan pujian dalam bentuk ucapan dari hamba yang rendah kedudukannya
pada Rabb Yang Mahatinggi. Orang yang tidak mau berdoa kepada Allah bisa
dikatakan orang yang takabur (sombong) karena tidak menempatkan Allah sebagai
penentu segalanya
Allah berfirman pada Al-Qur’an surat Al-Mu’min
ayat 60
tA$s%ur ãNà6/u þÎTqãã÷$# ó=ÉftGór& ö/ä3s9 4 ¨bÎ) úïÏ%©!$# tbrçÉ9õ3tGó¡o ô`tã ÎAy$t6Ïã tbqè=äzôuy tL©èygy_ úïÌÅz#y ÇÏÉÈ
“Dan Tuhanmu berfirman:
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina.”
Dalam hadits riwayat Ibnu Majah, Rasulullah
SAW bersabda, "Allah SWT sangat murka kepada orang yang tidak mau berdoa
kepada-Nya,"
Ketika kita berdo’a haruslah Ada etikanya
Kalau kita telusuri kebiasaan kita sehari-hari
misalnya, ada seorang anak dengan ayahnya
Yang pertama, Mengucapkan pujian kepada Allah
terlebih dahulu sebelum berdo’a dan diakhiri dengan mengucapkan shalawat kepada
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Rasulullah SAW bersabda dalam hadits shahih
riwatat At-Tirmidzi dan Abu Daud
“Apabila engkau telah selesai melaksanakan
shalat lalu engkau duduk berdo’a, maka (terlebih dahulu) pujilah Allah dengan
puji-pujian yang layak bagi-Nya dan bershalawatlah kepadaku, kemudian
berdo’alah.”
Sikap kedua yang harus kita lakukan dalam
bero’a adalah Husnuzhzhan (berbaik sangka) kepada Allah. Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits Hasan yang Diriwayatkan oleh
at-Tirmidzi,
بِاْلإِجَابَةِ مُوْقِنُوْنَ وَأَنْتُمْ اللهَ اُدْعُوا.
“Berdo’alah kepada Allah dalam keadaan engkau merasa yakin akan dikabulkannya do’a.”
بِاْلإِجَابَةِ مُوْقِنُوْنَ وَأَنْتُمْ اللهَ اُدْعُوا.
“Berdo’alah kepada Allah dalam keadaan engkau merasa yakin akan dikabulkannya do’a.”
Maksud hadits ini adalah kita harus merasa
yakin dan percaya bahwa Allah dengan kemurahan-Nya dan karunia-Nya yang agung tidak
akan mengecewakan seseorang yang berdo’a kepada-Nya, apabila dipanjatkan dengan
penuh pengharapan dan ikhlas yang sebenar-benarnya. Dan kita harus ingat bahwa
Allah SWT sesuai dengan prasangka hambaNya
Sikap ketiga yang sepatutnya kita lakukan
dalam berdo’a adalah Mengakui dosa-dosa yang diperbuat. Perbuatan tersebut
mencerminkan sempurnanya penghambaan terhadap Allah
Dalam hadits shahih riwayat Al-Hakim,
Rasulullah saw bersabda
“Sesungguhnya Allah kagum kepada hamba-Nya
apabila ia berkata: ‘Tidak ada sesembahan yang hak kecuali Engkau, sesungguhnya
aku telah menganiaya diriku sendiri, maka ampunilah dosa-dosaku karena
sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa-dosa itu kecuali Engkau.’ Allah
berfirman, ‘Hamba-Ku telah mengetahui bahwa baginya ada Rabb yang mengampuni
dosa dan menghukum.’”
Selanjutnya, dalam berdoa kita juga harus
Bersungguh-sungguh.
Dalam hadits shahih riwayat Bukhori,
Rasulullah bersabda
‘Apabila salah seorang di antara kalian
berdo’a maka hendaklah ia bersungguh-sungguh dalam permohonannya kepada Allah
dan janganlah ia berkata, ‘Ya Allah, apabila Engkau sudi, maka kabulkanlah
do’aku ini,’ karena sesungguhnya tidak ada yang memaksa Allah.”
Maksud dari bersungguh-sungguh dalam berdo’a
adalah terus-menerus dalam meminta dan memohon kepada Allah dengan mendesak.
Selain itu, dalam
berdo’a hendaklah kita Memilih berdo’a di waktu yang mustajab (waktu yang pasti
dikabulkan), di antaranya adalah:
a. Pada waktu tengah malam
b. Di antara adzan dan iqamah
c. Di saat dalam sujud
d. Ketika adzan
e. Ketika sedang berkecamuk peperangan
f. Setelah waktu ‘Ashar pada hari Jum’at
g. Ketika hari ‘Arafah
h. Ketika turun hujan
i. Ketika 10 hari terakhir bulan Ramadhan (Lailatul Qadar). (Lihat ad-Du’a, karya ‘Abdullah al-Khudhari).
a. Pada waktu tengah malam
b. Di antara adzan dan iqamah
c. Di saat dalam sujud
d. Ketika adzan
e. Ketika sedang berkecamuk peperangan
f. Setelah waktu ‘Ashar pada hari Jum’at
g. Ketika hari ‘Arafah
h. Ketika turun hujan
i. Ketika 10 hari terakhir bulan Ramadhan (Lailatul Qadar). (Lihat ad-Du’a, karya ‘Abdullah al-Khudhari).
Demikianlah beberapa
adab berdo’a yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. Semoga kita tidak
termasuk dalam golongan yang lemah berdo’a seperti dalam hadits Rasulullah saw
riwayat At-Tirmidzi berikut
“Barangsiapa yang tidak mau berdo’a (dalam riwayat lain: tidak mau meminta)
kepada Allah subahanahu, niscaya Allah memurkainya.”
Orang yang
enggan dan lalai dari berdo’a merupakan tanda kesombongan pada dirinya, karena
tidak menyadari dirinya adalah makhluk yang lemah. Sehingga sangat pantas Allah
murka kepada orang-orang yang enggan dan lalai dari berdo’a kepada-Nya .
Waallhu a’lam bish-showwab.
Khutbah kedua :
Marilah kita gunakan do’a dalam setiap kondisi dimana kesulitan dan keresahan menghadang. Kita do’akan juga kerabat kita, kawan-kawan kita, negeri kita, dan saudara-saudara seiman kita di belahan bumi lainnya yang sedang membela Izzah Islam.
Rasulullah saw bersabda
‘Do’a seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang dido’akannya adalah do’a yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada Malaikat yang menjadi wakil baginya. Setiap kali dia berdo’a untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka Malaikat tersebut berkata: ‘Aamiin dan engkau pun mendapatkan apa yang ia dapatkan.’”
Di dalam Syarh Shahiih Muslim ada sebuah komentar untuk hadits ini, penulis berkata: “Dalam hadits ini ada sebuah keutamaan do’a bagi saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang dido’akannya. Seandainya seseorang berdo’a untuk satu kelompok umat Islam, maka ia akan mendapatkan pahala yang telah ditetapkan, dan seandainya ia berdo’a untuk seluruh kaum muslimin, maka yang aku fahami, ia pun mendapatkan pahala yang telah ditentukan.