الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ الَّذِيْ خَلَقَ اْلإِنْسَانَ وَسَائِرَ الْمَخْلُوْقَاتِ وَالَّذِيْ عَلَّمَ اْلإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ اَلْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَشْرَفُ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ تَعَالَى وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ تَعَالَى وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.
قَالَ
اللهُ تَعَالى فِى القرأن العظيم. أعوذ بالله من الشيطان الرجيم :
$£Js9ur yìy_u #ÓyqãB 4n<Î) ¾ÏmÏBöqs% z`»t7ôÒxî $ZÿÅr& tA$s% $yJ|¡ø¤Î/ ÎTqãKçFøÿn=yz .`ÏB üÏ÷èt/ ( óOçFù=Éftãr& zöDr& öNä3În/u ( s+ø9r&ur yy#uqø9F{$# xs{r&ur Ĩù&tÎ/ ÏmÅzr& ÿ¼çnègs Ïmøs9Î) 4 tA$s% tûøó$# ¨Pé& ¨bÎ) tPöqs)ø9$# ÎTqàÿyèôÒoKó$# (#rß%x.ur ÓÍ_tRqè=çGø)t xsù ôMÏJô±è@ Î1 uä!#yôãF{$# wur ÓÍ_ù=yèøgrB yìtB ÏQöqs)ø9$# tûüÏJÎ=»©à9$# ÇÊÎÉÈ
Hadirin sidang jum’at yang dirahmati
oleh Allah
Pertama saya berwasiat kepada diri
saya sendiri dan juga kepada hadirin rahimakumullah. Marilah kita meningkatkan
ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Taqwa yang sebenar – benarnya taqwa,
melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Karena
dengan kualitas ketaqwaan, Allah memberikan kemuliaan kepada manusia di antara
yang lainnya.
Hadirin sidang jum’at yang dirahmati
oleh Allah
Siapapun di antara kita pasti pernah
merasakan kemarahan. Bisa menjadi pelaku kemarahan atau mungkin yang dimarahi. Tentunya
juga dapat dirasakan berbagai akibat dan pengaruh dari kemarahan tersebut. Dan
rupanya, marah menjadi masalah yang pernah diperingatkan oleh Rosulullah SAW
kepada umatnya.
Hadirin sidang jum’at yang dirahmati
oleh Allah
Diceritakan bahwa suatu hari seorang
laki – laki datang menemui Nabi Muhammad SAW, meminta nasehat dan Nabi
berpaling kepadanya, lalu beliau bersabda sambil berulang – ulang: “jangan
pernah marah!” (HR.Bukhori) di riwayat lain “maka bagimu surga!”
Dari hadist tersebut seolah – olah
beliau menekankan bahwa sebaiknya kita menghindari marah, karena dikhawatirkan dapat
mengakibatkan berbagai pengaruh dan akibat negatif. Hal itu kemudian diperjelas
oleh sebuah penelitian ilmiah yang menekankan tentang marah. Bahwa secara kejiwaan/psikologis
dan rangsang neorotik, marah tidak memiliki pengaruh yang lebih besar
dari pada berlari dalam hal meningkatkan denyut jantung dan memompa lebih
banyak darah dan lebih cepat. Namun marah tidak seperti berlari, pelari bisa
berhenti jika dia mau, sedangkan marah tidak dapat dikuasai dengan mudah,
apalagi orang tersebut belum terbiasa.
Hasil penelitian tersebut membuktikan
bahwa orang – orang yang melampiaskan kemarahannya dapat dengan mudah menderita
hipertensi dan arteriosklerosis karena tekanan darah terlalu tinggi.,
sedangkan pembulu darah kehilangan kemampuan untuk memperluas diri dalam
menampung tambahan darah yang terpompa. Selain itu ada juga dampak kejiwaan dirinya
sendiri dan masyarakat sekitar yang dapat merusak hubungan sesama manusia.
Hadirin sidang jum’at yang dirahmati
oleh Allah
Ada yang perlu kita perhatikan juga
bahwa ternyata menahan marah juga dapat memicu timbulnya berbagai penyakit.
Dalam sebuah studi dijelaskan marah dan menahan marah memiliki bahaya kesehatan
yang sama, meskipun berbeda tingkat keparahannya.
Apabila kita menahan marah, maka
hampir pasti dia akan terserang penyakit hipertensi/tekanan darah tinggi dan
kadang – kadang kanker. Dalam kasus lain, hal ini dapat menyebabkan serangan
jantung yang mematikan karena ledakan kemarahan akan terjadi, dan itu lebih
sulit untuk dikontrol. Sedangkan sebagaimana diketahui bahwa kondisi badan
sangat terkait dengan kondisi kejiwaan, hal ini dapat menyebabkan organ – organ
penting tubuh dan kelenjar mengeluarkan hormone/ cairan tubuh yang mengganggu,
yang akibatnya dapat melemahkan system kekebalan tubuh, atau sama sekali
menghilangkan system kekebalan itu setelah terjadi keadaan kritis pada tubuh. Hal
tersebut sekaligus dapat menjelaskan mengapa sel – sel tubuh yang sehat dapat
menyebabkan kanker, karena tidak adanya system kekebalan yang normal.
Hadirin sidang jum’at yang dirahmati
oleh Allah
Ini menunjukkan alasan di balik
pengulangan apa yang menjadi nasehat Nabi dalam menjaga ketenangan, agar kita tidak mudah
terbawa dan larut dalam kemarahan kita.
Secara umum, di samping penyakit –
penyakit psikologis dan fisik lain seperti diabetes dan angina, secara
penelitian ilmiah dan dalam kenyataan bahwa kemarahan yang terus – menerus
dapat mempercepat kematian.
Hadirin sidang jum’at yang dirahmati
oleh Allah
Nabi Muhammad SAW memerintahkan kita
untuk menahan diri kita, jika marah, karena setiap tindakan kita di waktu marah
dapat menimbulkan penyesalan pada diri kita apabila kita tenang. Dalam al Qur
anul karim, marah memang dianggap kekuatan jahat yang memaksa orang untuk
melakukan hal – hal yang tidak masuk akal. Ketika Nabi Musa AS marah kepada
kaumnya, dilemparnya lembaran – lembaran kitab lalu dia menarik kepala
saudaranya. Tetapi sangat berbeda sekali ketika amarah Nabi Musa reda, beliau
mengambil kembali lembaran – lembaran kitab tersebut. Jadi tampak jelas
perbandingan antara kedua kondisi itu.
Hadirin sidang jum’at yang dirahmati
oleh Allah
Oleh karena itu, yang kita butuhkan
untuk menghadapi kemarahan yakni control diri setelah iman yang kuat dan
kepercayaan kepada Allah sang pencipta kita. Dikatakan pula ketika marah di
hadapan musuh, maka berarti musuh telah menaklukkan kita. Karena Nabi Muhammad
SAW mengajarkan kepada kita bahwa kekuatan itu identik dengan ketenangan, bukan
marah yang tak terkontrol. Obat penenang bukan solusi, karena justru berefek negative.
Dan jika terlalu sering digunakan pun, hanya akan menimbulkan efek kecanduan.
Hadirin sidang jum’at yang dirahmati
oleh Allah
Salah satu upaya kita dalam untuk
mengatasi kemarahan adalah dengan mengubah perilaku manusia itu sendiri dalam
menghadapi masalah sehari – hari, yaitu dengan ketenangan dan kehalusan, bukan
dengan kemarahan.
Sedangkan solusi terapi yang bisa
dilakukan adalah pertama mengurangi kepekaan emosional dengan melatihnya
di bawah pengawasan ahli kesehatan untuk bersantai jika bertemu dengan situasi
sulit.
Kedua dapat dilakukan dengan relaksasi di
kejiwaan dan santai secara fisik. Sembari mengingat pengalaman yang paling
sulit dan mengubah posisi tubuh sebagaimana tuntunan rasulullah jika marah ambilah
air wudluh. Jika masih belum reda, maka duduklah, jika masih belum reda, maka
berbaringlah. Karena kondisi jantung saat terbaring, secara otomatis akan
mengatur detaknya menjadi seperti detak jantung kondisi tidur.
Hadirin sidang jum’at yang dirahmati
oleh Allah
Mudah – mudahan kita termasuk orang –
orang yang diberikan kekuatan untuk bisa mengotrol diri, sehingga terhindar
dari pengaruh buruk dari kemarahan.
أعوذ بالله من الشيطان الرجيم :
$£Js9ur |Ms3y `tã ÓyqB Ü=Òtóø9$# xs{r& yy#uqø9F{$# ( Îûur $pkÉJyó¡èS Wèd ×puH÷quur tûïÏ%©#Ïj9 öNèd öNÍkÍh5tÏ9 tbqç7ydöt ÇÊÎÍÈ
Khutbah Kedua :
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمُوْا الصَّلاَةَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمُوْا الصَّلاَةَ.
0 komentar:
Posting Komentar